Kamis, 30 Juni 2016

PENGAWETAN HIJAUAN UNTUK PAKAN TERNAK



PENGAWETAN HIJAUAN UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA
Ada beberapa proses pengawetan yang umum di lakukan adalah :
1. Hay :
     hijauan yang dikeringkan sehingga kandungan air 12-20%, disebut juga sale hijauan
2. Silase :
     hijauan yang difermentasi sehingga hijauan tersebut tetap awet karena terbentuk asam laktat.
3. Amoniasi :
     proses pengawetan hijauan dengan menggunakan amonia.
1. SILASE (SILAGE)
Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang di proses dari bahan baku yang berupa tanaman hijauan , limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainya, dengan jumlah kadar / kandungan air pada tingkat tertentu kemudian di masukan dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara , yang biasa disebut dengan Silo, selama sekitar tiga minggu.
Didalam silo tersebut tersebut akan terjadi beberapa tahap proses anaerob (proses tanpa udara/oksigen), dimana “bakteri asam laktat akan mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga terjadilah proses fermentasi.
Silase yang terbentuk karena proses fermentasi ini dapat di simpan untuk jangka waktu yang lama tanpa banyak mengurangi kandungan nutrisi dari bahan bakunya.

Tujuan pembuatan Silase
Tujuan utama pembuatan silage adalah untuk memaksimumkan pengawetan kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau bahan pakan ternak lainnya, agar bisa di disimpan dalam kurun waktu yang lama, untuk kemudian di berikan sebagai pakan bagi ternak. Sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau.
Sayangnya fermentasi yang terjadi didalam silo (tempat pembuatan silase), sangat tidak terkontrol prosesnya, akibatnya kandungan nutrisi pada bahan yang di awetkan menjadi berkurang jumlahnya.. Maka untuk memperbaiki berkurangnya nutrisi tersbut, beberapa jenis zat tambahan (additive) harus di gunakan agar kandungan nutrisi dalam silase tidak berkurang secara drastis, bahkan bisa meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi ternak yang memakannya.
Pembuatan silase dapat juga menggunakan bahan tambahan, yang kegunaan nya tergantung dari bahan tambahan yang akan di pergunakan. Adapun penggunaan bahan tambahan sangat tergantung dari kebutuhan hasil yang ingin di capai.

Prinsip Dasar Fermentasi Silase
Prinsip dasar dari pengawetan dengan cara silase fermentasi adalah sebagai berikut.
Respirasi
Sebelum sel-sel di dalam tumbuhan mati atau tidak mendapatkan oksigen, maka mereka melakukan respirasi untuk membentuk energi yang di butuhkan dalam aktivitas normalnya. Respirasi ini merupakan konversi karbohidrat menjadi energi.
Respirasi ini di bermanfaat untuk menghabiskan oksigen yang terkandung, beberapa saat setelah bahan di masukan dalam silo.
Namun respirasi ini mengkonsumsi karbohidrat dan menimbulkan panas, sehingga waktunya harus sangat di batasi.
Respirasi yang berkelamaan di dalam bahan baku silase, dapat mengurangi kadar karbohidrat, yang pada ahirnya bisa menggagalkan proses fermentasi.
Pengurangan kadar oksigen yang berada di dalam bahan baku silase, saat berada pada ruang yang kedap udara yg disebut dengan Silo, adalah cara terbaik meminimumkan masa respirasi ini.
Fermentatsi.
Setelah kadar oksigen habis , maka proses fermentasi di mulai. Fermentasi adalah menurunkan kadar pH di dalam bahan baku silase. Sampai dengan kadar pH dimana tidak ada lagi organisme yang dapat hidup dan berfungsi di dalam silo.
Penurunan kadar pH ini dilakukan oleh lactic acid yang di hasilkan oleh bakteri Lactobacillus.
Lactobasillus itu sendiri sudah berada didalam bahan baku silase, dan dia akan tumbuh dan berkembang dengan cepat sampai bahan baku terfermentasi. Bakteri ini akan mengkonsumsi karbohidrat untuk kebutuhan energinya dan mengeluarkan lactic acid. Bakteri ini akan terus memproduksi lactic acid dan menurunkan kadar pH di dalam bahan baku silase. Sampi pada tahap kadar pH yang rendah, dimana tidak lagi memungkinkan bakteri ini beraktivitas. Sehingga silo berada pada keadaan stagnant, atau tidak ada lagi perubahan yang terjadi, sehingga bahan baku silase berada pada keadaan yang tetap. Keadaan inilah yang di sebut keadaan terfermentasi, dimana bahan baku berada dalam keadaan tetap , yang disebut dengan menjadi awet.
Pada keadaan ini maka silase dapat di simpan bertahun-tahun selama tidak ada oksigen yang menyentuhnya
Bakteri Clostridia
Bakteri ini juga sudah berada pada hijauan atau bahan baku silase lainnya, saat mereka di masukan kedalam silo.
Bakteri ini mengkonsumsi karbohidrat, protein dan lactic acid sebagai sumber energi mereka kemudian mengeluarkan Butyric acid, dimana Butyric acid bisa diasosiasikan dengan pembusukan silase
Keadaan yang menyuburkan tumbuhnya bakteri clostridia adalah kurangnya kadar karbohidrat untuk proses fermentasi , yang biasanya di sebabkan oleh : kehujanan pada saat pencacahan bahan baku silase, proses respirasi yang terlalu lama, terlalu banyaknya kadar air di dalam bahan baku. Dan juga kekurangan jumlah bakteri Lactobasillus . Itulah sebabnya kadang di perlukan penggunaan bahan tambahan atau aditive.

Tahapan atau Phase yang terjadi pada proses fermentasi Silase
Proses fermentasi ini (yang biasa di sebut dengan Ensiling), berjalan dalam enam phase, yaitu:
Phase I 
Saat pertama kali hijauan di panen, pada seluruh permukaan hijauan tersebut terdapat organisme aerobic, atau sering disebut sebagai bakteri aerobic, yaitu bacteri yang membutuhkan udara / oksigen.
Sehingga pada saat pertamakali hijauan sebagai bahan pembuatan silase di masukan ke dalam silo, bakteri tersebut akan mengkonsumsi udara/oksigen yang terperangkap di dalam rang silo tersebut. Kejadian ini merupakan sesuatu yang tidak di inginkan untuk terjadi saat ensiling, karena pada saat yang sama bakteri aerobik tersebut juga akan mengkonsumsi karbohidrat yang sebetulnya di perlukan bagi bakteri lactic acid.
Walaupun kejadian ini nampak menguntungkan dalam mengurangi jumlah oksigen di dalam silo , sehingga menciptakan lingkungan anaerob seperti yang kita kehendaki dalam ensiling, namun kejadian tersebut juga menghasilkan air dan peningkatan suhu / panas. Peningkatan panas yang berlebihan akan mengurangi digestibility kandungan nutrisi, seperti misalnya protein.
Proses perubahan kimiawi yang terjadi pada phase awal ini adalah terurainya protein tumbuhan, yang akan terurai menjadi amino acid, kemudian menjadi amonia dan amines. Lebih dari 50% protein yang terkandung di dalam bahan baku akan terurai.
Laju kecepatan penguraian protein ini (proteolysis), sangat tergantung dari laju berkurangnya kadar pH.
Raung lingkup silo yang menjadi acid, akan mengurangi aktivitas enzym yang juga akan menguraikan protein.
Lama terjadinya proses dalam tahap ini tergantung pada kekedapan udara dalam silo, dalam kekedapan udara yang baik maka phase ini hanya akan bejalan beberapa jam saja. Dengan teknik penanganan yang kurang memadai maka phase ini akan berlangsung sampai beberapa hari bahkan beberapa minggu.
Untuk itu maka tujuan utama yang harus di capai pada phase ensiling ini adalah, semaksimum mungkin di lakukan pencegahan masuknya udara/oksigen, sehingga keadaan anaerobic dapat secepatnya tercapai.
Kunci sukses pada phase ini adalah:
– Kematangan bahan
– Kelembaban bahan
– Panjangnya pemotongan yang akan menentukan kepadatan dalam silo
– Kecepatan memasukan bahan dalam silo
– Kekedapan serta kerapatan silo
Phase II 
Setelah oksigen habis di konsumsi bakteri aerobic, maka phase dua ini di mulai, disinilah proses fermentasi dimulai, dengan dimulainya tumbuh dan berkembangnya bakteri acetic – acid..
Bakteri tersebut akan menyerap karbohidrat dan menghasilkan acetic acid sebagai hasil ahirnya.
Pertumbuhan acetic acid ini sangat diharapkan, karena disamping bermanfaat untk ternak ruminansia juga menurunkan kadar pH yang sangat di perlukan pada phase berikutnya.
Penurunan kadar pH di dalam silo di bawah 5.0, perkembangan bakteri acetic acid akan menurun dan ahirnya berhenti
Dan itu merupakan tanda berahirnya phase-2. Dalam fermentasi hijauan phase-2 ini berlangsung antara 24 s/d 72 jam.
Phase III 
Makin menurunnya kadar pH akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan bakteri anaerob lainnya yang memproduksi latic acid. Maka pada phase ini latic acid akan bertambah terus
Phase IV
Dengan bertambahnya jumlah bakteri pada phase 3, maka karbohidrat yang akan terurai menjadi latic acid juga makin bertambah.
Latic acid ini sangat di butuhkan dan memegang peranan paling penting dalam proses fermentasi. Untuk pengawetan yang efisien, produksinya harus mencapai 60% dari total organic acid dalam silase.
Saat silase di konsumsi oleh ternak, latic acid akan di manfaatkan sebagai sumber energi ternak tersebut.
Phase 4
 ini adalah phase yang paling lama saat ensiling, proses ini berjalan terus sampai kadar pH dari bahan hijauan yang di pergunakan turun terus, hingga mencapai kadar yang bisa menghentikan pertumbuhan segala macam bakteri, dan hijauan atau bahan baku lainnya mulai terawetkan. Tidak akan ada lagi proses penguraian selama tidak ada udara/oksigen yang masuk atau di masukan.
Phase V 
Pencapaian final kadar pH tergantung dari jenis bahan baku yang di awetkan, dan juga kondisi saat di masukan dalam silo. Hijauan pada umumnya akan mencapai kadar pH 4,5, jagung 4.0.
Kadar pH saja tidaklah merupakan indikasi dari baik buruknya proses fermentasi ini.
Hijauan yang mengandung kadar air di atas 70% akan mengalami proses yang berlainan pada phase 4 ini. Bukan bakteri yang memproduksi latic acid yang tumbuh dan berkembang, namun bakteri clostridia yang akan tumbuh dan berkembang. Bakteri anaerobic ini akan memproduksi butyric acid dan bukan latic acid, yang akan menyebabkan silase berasa asam. Kejadian ini berlangsung karena pH masih di atas 5.0
Phase VI 
Phase ini merupakan phase pengangkatan silage dari tempatnya /silo.
Proses pengangkatan ini sangatlah penting namun biasanya tidak pernah di perhatikan oleh para peternak yang kurang berpengalaman.
Hasil riset mengatakan bahwa lebih dari 50% silase mengalami kerusakan atau pembusukan yang di sebabkan oleh bakteri aerobic, saat di keluarkan dari silo.
Kerusakan terjadi hampir di seluruh permukaan silase yang terekspos oksigen, saat berada pada tempat penyimpanan atau pada tempat pakan ternak, setelah di keluarkan dari silo.
Kecermatan kerapihan dan kecepatan penanganan silase setelah dikeluarkan dari silo yang kedap udara sangatlah perlu untuk di cermati, agar tidak terjadi pembusukan.

Bahan pembuatan Silase
Bahan untuk pembuatan silase adalah segala macam hijauan dan bahan dari tumbuhan lainnya yang di sukai oleh ternak ruminansia, seperti :
-Rumput, Sorghum, Jagung, Biji-bijian kecil, tanaman tebu, tongkol gandum, tongkol jagung, pucuk tebu, batang nanas dan jerami padi, dll

Syarat hijauan (tanaman) yang dibuat Silase :
Segala jenis tumbuhan atau hijauan serta bijian yang di sukai oleh ternak, terutama yang mengandung banyak karbohidrat nya. Untuk penjelasan mengapa dan apa sebabnya lihat di bagian Prinsip Fermentasi

Bahan tambahan
Dengan mengetahui prinsip fermentasi dan phase tahapan prosesnya , maka kita bisa memanipulasi proses fermentasi dalam pebuatan silase.
Manipulasi di tujukan untuk mempercepat proses atau untuk meningkatkan dan mempertahankan kadar nutrisi yang terkandung pada bahan baku silase
Manipulasi dengan penambahan bahan additive ini bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Pemberian bahan tambahan secara langsung dengan menggunakan:
– Natrium bisulfat
– Sulfur oxida
– Asam chlorida
– Asam sulfat
– Asam propionat.
– dll.
Pemberian bahan tambahan secara tidak langsung ialah dengan memberikan tambahan bahan-bahan yang mengandung karbohidrat yang siap diabsorpsi oleh mikroba, antara lain :
-Molase (melas) : 2,5 kg /100 kg hijauan.
-Onggok (tepung) : 2,5 kg/100 kg hijauan.
-Tepung jagung : 3,5 kg/100 kg hijauan.
-Dedak halus : 5,0 kg/100 kg hijauan.
-Ampas sagu : 7,0 kg/100 kg hijauan.
- bacteri dalam hal ini bisa menggunakan EM4 peternakan
Biasanya ini diperlukan bila bahan dasarnya kurang banyak mengadung karbohidrat

Proses pembuatan Silase
Setelah memahami prinsip dasar pembuatan silase, maka proses tahap pelaksanaan pembuatan silase akan menjadi sangat mudah di fahami apa dan mengapanya.

Penyiapan Silo
Silo hanyalah nama sebuah wadah yang bisa di tutup dan kedap udara, artinya udara tidak bisa masuk maupun keluar dar dan ke dalam wadah tersebut. Wadah tersebut juga harus kedap rembesan cairan.
Untuk memenuhi kriteria ini maka bahan plastik merupakan jawaban yang terbaik dan termurah serta sangat fleksibel penggunaannya. Walaupun bahan dari metal, semen dll tetap baik untuk di gunakan.
Ukuran di sesuaikan dengan kebutuhan, mulai kantong keresek plastik ukuran satu kilogram, sampai silo silindris dengan garis tengah 100 meter dan ketinggian 30 meter.
Pilihlah ukuran, bahan serta konstruksi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anda.
Gentong plastik (biasanya berwarna biru) yang mempunyai tutup yang bisa di kunci dengan rapat, merupakan salah satu pilihan yang terbaik. Karena di samping ukurannya yang sedang sehingga mudah untuk di angkat.
usia, kemudian dengan penambahan jumlah bisa memenuhi kebutuhan yang lebih banyak.
Jika ingin membuat dalam jumlah yang banyak sekali gus, maka cara yang termurah adalah dengan menggali tanah. Ukuran di sesuaikan dengan kebutuhan. Kemudian menggunakan kantung plastik yang di jual meteran, sehingga penutupannya bisa dilakukan dengan sangat rapat.
Prinsip yang harus di perhatikan adalah, saat membuka dan memberikan silase pada ternak, maka silo tersebut akan kemasukan udara/oksigen yang bisa dan akan merusak silase yang telah jadi karena terjadinya proses aerobic, lihat dip hase-6.
Inilah sebabnya kenapa pembuatan dalam jumlah kecil dengan menggunakan silo yang banyak serta portable (seperti gentong plastik biru, atau kantong plastik), jauh lebih berdaya guna di banding dengan pembuatan dalam jumlah sangat besar dalam satu wadah/silo.
Untuk itu ketahuilah jumlah kebutuhan ternak anda, lalu sesuaikan pembuatan silo, sehingga penggunaannya bisa sekali buka silo , isinya langsung habis di konsumsi sehingga tidak adalagi sisa yang harus di simpan.
Penyimpanan sisa silase ini , di samping sangat merepotkan juga sangat riskan terhadap terjadinya proses pembusukan karena terjadi nya eksposur tehadap oksigen yang akan mengaktive kan bakteri aerob
Penyiapan bahan baku silase serta penempatan pada silo:
Bahan baku sebaiknya berasal dari tumbuhan atau bijian yang segar yang langsung di dapat dari pemanenan, jangan yang telah tersimpan lama – mengapa – lihat pada Prinsip Dasar Fermentasi Silase.
1.Pemotongan atau Pencacahan Bahan Baku
Ukuran pemotongan sebaiknya sekitar 5 centimeter.
Pemotongan dan pencacahan perlu di lakukan agar mudah di masukan dalam silo dan mengurangi terperangkapnya
ruang udara di dalam silo serta memudahkan pemadatan.
Jika hendak menggunakan bahan tambahan, maka taburkan bahan tambahan tersebut kemudian di aduk secara
merata, sebelum di masukan dalam silo
2.Masukan cacahan tersebut kedalam silo secara bertahap, lapis demi lapis.
3.Saat memasukan bahan baku kedalam silo secara bertahap, lakukan penekanan atau pengepresan untuk setiap
lapisan agar padat. Kenapa harus di padatkan, karena oksigen harus sebanyak mungkin di kurangi atau di hilangkan
sama sekali dari ruang silo – Lihat Prinsip Dasar Fermentasi Silase.
4.Lakukan penutupan dengan serapat mungkin sehingga tidak ada udara yang bisa masuk kedalam silo — Lihat Prinsip
Dasar Fermentasi Silase.
5.Biarkan silo tertutup rapat serta di letakan pada ruang yang tidak terkena matahari atau kena hujan secara langsung,
selama tiga minggu
6.Setelah tiga minggu maka silase sudah siap di sajikan sebagai pakan ternak. Sedangkan untuk menilai kualitas hasil
pembuatan silase ini bisa di lihat di Kriteria Silase yang baik, jika penilaian anda mendapatkan hasil 100 atau
mendekati 100, maka cara and membuat silase sudah sangat baik, lakukan cara tersebut untuk pembuatan silase
berikutnya.
7.Silo yang tidak di buka dapat terus di simpan sampai jangka waktu yang sangat lama asalkan tidak kemasukan udara.
8.Pemberian pada ternak yang belum terbiasa makan silase, harus di berikan sedikit demi sedikit dicampur dengan hijauan
yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa secara bertahap dapat seluruhnya diberi silase sesuai dengan kebutuhan.

Kriteria Silase yang baik :
Indikasi dan penjelasan serta nilai keberhasilannya:
KEWANGIAN
1. Wangi seperti buah-buahan dan sedikit asam, sangat wangi dan terdorong untuk mencicipinya. Nilai 25
2. Ingin mencoba mencicipinya tetapi asam, bau wangi Nilai 20
3. Bau asam, dan apabila diisap oleh hidung,rasa/wangi baunya semakin kuat atau sama sekali tidak ada bau. Nilai 10
4. Seperti jamur dan kompos bau yang tidak sedap. Nilai 0
RASA
5. Apabila dicoba digigit, manis dan terasa asam seperti youghurt/yakult. Nilai 25
6. Rasanya sedikit asam Nilai 20
7. Tidak ada rasa Nilai 10
8. Rasa yang tidak sedap, tidak ada dorongan untuk mencobanya. 0
WARNA
9. Hijau kekuning- kuningan. Nilai 25
10.Coklat agak kehitam-hitaman. Nilai 10
11.Hitam, mendekati warna kompos Nilai 0
SENTUHAN
12. Kering, tetapi apabila dipegang terasa lembut dan empuk. Apabila menempel ditangan karena baunya yang wangi tidak dicucipun tidak apa-apa. Nilai 25
13. Kandungan airnya terasa sedikit banyak tetapi tidak terasa basah. Apabila ditangan dicuci bau wanginya langsung hilang. Nilai 10
14. Kandungan airnya banyak, terasa basah sedikit (becek) bau yang menempel ditangan, harus dicuci dengan sabun supaya baunya hilang. Nilai 0
Jumlah nilai = Nilai wangi + Nilai rasa + Nilai warna + Nilai sentuh, angka 100 adalah yang terbaik
Penyimpanan Silase:
Silase dapat di simpan dalam waktu yang sangat lama selama tetap berada dalam keadaan kedap udara

Jenis Bahan Pakan Ternak, Kandungan Nutrisi dan Cara Pemanfaatannya


Kandungan Gizi berbagai macam bahan pakan ternak baik berupa Hijauan Makanan Ternak maupun Non Hijauan dan Limbah Industri Pertanian 


Dalam industri peternakan sapi baik itu breeding (pengembangbiakkan) dan fattening (penggemukan), komponen pakan adalah penyuplai biaya produksi terbesar. Sebagai salah satu penyumbang biaya produksi terbesar maka kandungan nutrisi bahan pakan ternak mendapatkan perhatian yang lebih saat akan menyusun ransum atau pakan ternak sapi. 

Beberapa pertimbangan dalam menyusun Ransum atau Ration:
  • Harga bahan baku pakan
  • Kandungan Nutrisi bahan baku pakan
  • Tujuan Penyusunan Ransum
Harga Bahan Baku Pakan


Harga bahan baku pakan menjadi salah satu pertimbangan yang sangat penting dalam menyusun suatu ransum pakan sapi. Secara umum, bahan pakan sumber protein biasanya harganya akan jauh lebih mahal daripada bahan pakan sumber serat kasar. Coba saja dibandingkan harga SBM (Soya Bean Meal) atau Bungkil Kedelai dengan harga Rumput Gajah, maka akan ditemukan selisih harga yang sangat jauh. Harga SBM akan jauh lebih mahal daripada harga rumput gajah per kg nya.

Saat menyusun ransum harus pandai-pandai mengkombinasikan jenis-jenis bahan pakan yang akan digunakan agar diperoleh nilai nutrisi ransum pakan sapi yang seimbang atau yang sesuai dengan tujuan ransum itu dibuat apakah sebagai ransum berprotein tinggi ataukah sebagai sumber energi. Intinya kombinasi bahan pakan yang digunakan harganya harus masih terjangkau dan secara ekonomis masih menguntungkan dengan target kenaikkan berat badan tertentu jika dalam industri penggemukan.

Kandungan Nutrisi Bahan Pakan 
Kandungan gizi bahan pakan yang akan digunakan dalam menyusun ransum harus benar-benar diketahui masing-masing zat gizinya. Berapa % Protein Kasar (PK), berapa % Serat Kasar (SK) dan lain-lainnya harus sudah diketahui dari awal agar penyusunan ransum memiliki kandungan gizi yang berimbang dan sesuai dengan kebutuhan hidup dan perkembangan ternak sapi.

Nutrisi pada berbagai bahan pakan sapi sangat berbeda-beda pada berbagai jenis tanaman seperti contoh antara legume dan rumput kandungan nutrisi terutama pada kadar protein kasar (PK) akan sangat jauh berbeda. Disinilah pentingnya sebelum menyusun ransum kita mempunyai catatan atau semacam tabel kandungan nutrisi bahan baku pakan ternak. Akan lebih baik lagi jika dalam tabel tersebut juga tercantum harga dari masing-masing komoditi bahan pakan sehingga nilai ekonomis dari bahan pakan bisa langsung dihitung juga.  
Tujuan Penyusunan Ransum

Sebelum menyusun sebuah ration atau ransum ternak, adalah perlu dan penting untuk ditentukan terlebih dahulu tujuan penyusunan ransum tersebut apakah akan dipakai sebagai ransum berenergi tinggi yang berguna untuk memacu pertumbuhan sapi ataukah ransum yang berprotein tinggi untuk memacu perototan dan performance fisik yang bagus.

Ransum energi tinggi biasanya akan menjadikan ternak sapi kita mengalami perlemakan yang lebih cepat dibandingkan dengan ransum yang berprotein tinggi.

Saat dalam masa pertumbuhan (Grower) sebaiknya pakan ternak sapi diberikan kadar serat kasar yang tinggi dan juga energi tinggi. Sedangkan pada saat menjelang panen, sapi bisa digenjot dengan pakan energi tinggi dan protein yang mencukupi agar performance fisiknya bagus. Performance fisik yang bagus akan mampu mengangkat atau menaikkan harga jual sapi sehingga akan lebih menguntungkan peternak.

Berikut ini Beberapa bahan Pakan Penyusun Ransum Ternak Sapi

Jerami Kangkung/Rendeng Kangkung. Penanaman kangkung sampai umur tertentu sampai kangkung berbunga dan menghasilkan biji yang digunakan sebagai benih untuk bibit kangkung menyisakan limbah tanaman kangkung yang tidak dimanfaatkan. Limbah dari tanaman kangkung ini dibeberapa daerah sudah sangat lazim digunakan sebagai pakan ternak alternatif dan dikenal dengan sebutan rendeng kangkung. Peluang lain adalah banyaknya kangkung liar yang tumbuh disungai-sungai dan rawa yang jika diolah sedemikian rupa baik secara dikeringkan atau cukup dilayukan merupakan alternatif bahan pakan ternak yang berpotensi. Kangkung air terkenal sangat mudah tumbuh dan cepat berkembang shingga merupakan jenis kangkung yang "tahan banting" serta cepat tumbuh kembali setelah dipanen.

Limbah Pengolahan Buah Kakao.
 Limbah pengolahan buah kakao yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak diantaranya kulit (pod) luar dan kulit biji. Hasil penelitian penggunaan limbah kakao pada ternak ruminansia, menunjukan bahwa pemakaian pod kakao pada taraf 30% tanpa pengolahan, dapat menurunkan kecernaan in vitro. Pemanfaatan-nya untuk usaha pembibitan dapat mencapai 20% dalam konsentrat komersial. 

Ubi Kayu dan Limbahnya. Tepung gaplek dan onggok mempunyai kadar energi yang tinggi, hampir menyamai jagung, akan tetapi rendah kadar protein maupun asam amino. Tepung gaplek maupun onggok tergolong sebagai karbohidrat yang mudah dicerna. Limbah pengolahan singkong yang banyak digunakan sebagai bahan pakan ternak diantaranya adalah onggok (gamblong), gaplek afkir dan tepung tapioka afkir. Hasil penelitian dan aplikasi di daerah panas telah banyak membuktikan, bahwa bahan pakan asal ubi kayu mempunyai nilai biologis yang lebih baik dibandingkan dengan dedak padi kualitas rendah. Pemanfaatan dapat mencapai 75% dalam konsentrat murah/komersial.

Limbah Pengolahan Ubi Jalar. Maraknya pabrik pengolahan ubi jalar manis yang hanya diambil bagian tertentu pada ubi jalar atau ketela rambat untuk komoditi ekspor membuka peluang adanya bahan pakan alternatif yang berupa limbah ubi jalar. Hasil olahan ubi jalar banyak diekspor ke negara Jepang dan Korea Selatan.

Kulit Kacang Tanah. Pemanfaatan kulit kacang tanah sebagai pakan ternak belum optimal; sebagian besar hanya dibuang atau dibakar. Pemanfaatan kulit kacang tanah untuk usaha pembibitan dapat mencapai 20% dalam konsentrat komersial. 

Limbah Kedelai. Limbah yang berasal dari kedelai yang memiliki kandungan protein tinggi adalah SBM (Soya Bean Meal) sedangkan jenis limbah kedelai lainnya yang juga digunakan sebagai ransum ternak ruminansia diantaranya adalah ampas tahu, ampas kecap, kedelai afkir dan jerami kedelai. 

Limbah Penggilingan Padi / Dedak padi. Definisi dari dedak padi adalah kulit gabah halus yang bercampur dengan sedikit pecahan lembaga beras dan daya cernanya relatif rendah. Analisa kandungan nutrisi: 10.6% air, 4.1% protein, 32.4% bahan ekstrak tanpa N, 35.3% serat kasar, 1.6% lemak dan 16% abu serta nilai Martabat Pati 19. Pada usaha pembibitan, dedak padi dapat menggantikan konsentrat komersial hingga 100%, terutama dedak padi kualitas sedang sampai baik. 

Dedak jagung. Dedak jagung sangat baik diberikan pada ternak. Analisa nutrisi : 9.9% air, 9.8% protein, 61.8% bahan ekstrak tanpa N, 9.8 serat kasar, 6.4% lemak dan 2.3% abu serta nilai Martabat Pati (MP) adalah 68. 

Bungkil kelapa. Bungkil kelapa adalah hasil sisa dari pembuatan dan ekstraksi minyak kelapa yang didapat dari daging kelapa yang telah dikeringkan terlebih dahulu. Pemberiannya tergantung pada berat badannya yaitu antara 1.5 - 2.5 kg/ekor/hari. Analisa nutrisi: 11.6% air, 18.7% protein, 45.5% bahan ekstrak tanpa N, 8.8% serat kasar, 9.6% lemak dan 5.8% abu serta nilai Martabat Pati (MP) 81. 

Bungkil kacang tanah. Digunakan sebagai komposisi dalam ransum konsentrat untuk sapi, babi dan ayam, hanya perlu dibatasi jumlah pemberiannya karena kadar lemaknya cukup tinggi dan harganya relatif mahal. Analisa nutrisi: 6.6% air, 42.7% protein, 27% bahan ekstrak tanpa N, 8.9% serat kasar, 8.5% lemak dan 6.3% abu serta nilai MP adalah 80. 

Sisa Limbah pengolahan Singkong dari Pabrik Tepung Tapioka / Onggok. Merupakan hasil sisa dalam pembuatan tepung kanji, dapat diberikan pada ternak sapi dan babi sebagai ransumnya. Analisa nutrisi: 18.3% air, 0.8% protein, 78% bahan ekstrak tanpa N, 2.2% serat kasar, 0.2% lemak dan 2.5% abu serta nilai MP adalah 76. 

Limbah pengolahan Biji Kopi yang Berupa Kulit Kopi.  Dalam pengolahan kopi akan dihasilkan 45% kulit kopi, 10% lendir, 5% kulit ari dan 40% biji kopi. Pemanfaatan kulit kopi sebagai pakan ternak pada usaha pembibitan dapat menggantikan konsentrat komersial hingga 20%. 

Jerami Padi. Jerami padi adalah sumber pakan yang berkualitas rendah, kandungan yang terdapat di dalamnya yaitu protein 4,5 – 5,5% lemak 1,4 – 1,7% daya cerna 30% (seandainya makan 10 kg jerami maka yang diserap hanya 3 kg, lainnya menjadi kotoran). Demikian rendahnya kandungan nutrisi pada jerami padi sehingga komoditi pakan ini harus diolah dulu untuk meningkatkan kandungan nutrisinya dengan cara fermentasi. Bagaimana cara mudah untuk fermentasi jerami?

Fermentasi Jerami: Cara Mengawetkan Jerami dengan Metode Fermentasi, Menambah Nutrisi dan Tahan Lama 

Rumput gajah. Merupakan sumber serat kasar yang sangat baik bagi ternak sapi terutama untuk mengembangkan rumen agar pencernaan sapi dapat berjalan dengan baik. Rumput gajah memiliki kandungan protein yang rendah yaitu hanya 8,4-11,4% lemak 1,7-1,9% serat kasar 29,5-33% daya cerna 52%.
Jenis-jenis Legume Yang Bisa digunakan Sebagai Bahan Pakan Ternak Sapi
Legume sangat bagus diberikan kepada ternak sapi sebagai hijauan makanan ternak sumber protein karena secara umum kandungan protein pada legume jauh lebih tinggi daripada rumput. Spesies legume terbaru yang sekarang sedang ramai dibudidayakan adalah Indigofera Sp karena tanaman ini produksinya tinggi, mudah tumbuh dan kandungan proteinnya tinggi mencapai 24%. Jenis legume lain yang layak digunakan sebagai sumber protein antara lain:
  • Lamtoro (Leucaena leucocephala)
  • Kaliandra (Calliandra calothrysus)
  • Gamal (Gliricidia sepium).
  • Kacang Sentro (Centrosema pubescens)
  • Kembang Telang (Clitoria ternatea)
  • Kacang Ruji (Pueraria phaseoloides). 

Pengelompokkan Bahan Pakan Berdasar Sumber Nutrisinya

Bahan Pakan Sumber Energi 
Tanaman dari jenis serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum), juga dari hasil limbah seperti hasil sampingan serealia (limbah penggilingan). Tanaman dari jenis umbi-umbian juga merupakan sumber energi yang tinggi antara lain ubi jalar, ubi kayu dan semua limbahnya. Rumput selain sebagai sumber serat kasar juga merupakan bahan pakan sumber energi seperti rumput gajah, rumput benggala dan rumput setaria. Rumput maupun tebon jagung tidak akan bertahan lama jika disimpan begitu saja tanpa perlakuan sehingga untuk penyimpanan dalam jangka panjang perlu dijadikan Silase. Bagaimana cara membuat silase yang mudah?  

Cara Membuat Silase Tebon Jagung dan Rumput Gajah Sebagai Metode Pengawetan Hijauan

Bahan Pakan Sumber protein 
Daun nangka, daun pisang, daun ubi jalar, ganggang dan bungkil
Lamtoro, turi kaliandra, gamal dan sentro.

Bahan Pakan Sumber vitamin dan mineral 
Premix, kapur, Ca2PO4 dan beberapa mineral. Perlu juga dicatat bahwa bahan pakan hijauan maupun limbah industri pertanian juga sudah mengandung beberapa vitamin dan mineral hanya saja jumlahnya sedikit dan belum mencukupi kebutuhan harian untuk ternak sapi sehingga perlu diberi tambahan sumber vitamin dan mineral lainnya. 

Catatan Istilah-Istilah Penting dalam Bahan Pakan Ternak Sapi 
  • Serat kasar adalah perpanjangan sel-sel tanaman yang saling melekat yang pada keadaan dewasa tidak berproton-plasma. Terdapat pada jaringan vascular dari anaman, merupakan bagian dari bahan pakan yang sulit dicerna.
  • Protein: Nutrien yang terdiri dari satu atau lebih ikatan asam amino. Protein ini disebut juga polypeptide sebab beberapa asam amino saling berikatan dalam ikatan peptide.
  • Mineral: Mineral makro yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, antara lain Ca, P, K, Na, Cl, S dan Mg, mineral mikro yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, antara lain Fe, Za, Cu, Mo, Se, Mn, Co, Cr, Sn, V, F, Si, Ni dan As.
  • Vitamin: Adalah senyawa organik yang merupakan komponen yang terdapat dalam ransum pakan dengan jumlah sedikit.
  • Bahan organik adalah bahan yang mengandung karbon sisa dari pembakaran.
  • Bahan Kering (BK): Adalah berat konstan bahan pakan setelah dihilangkan kandungan airnya dengan pemanasan 105 OC.
  • Lemak adalah suatu substansi padat atau lunak pada suhu kamar, terdiri dari sebagain besar trigliseride dan asam-asam lemak.
  • Pakan Penguat (konsentrat). Pakan penguat atau pakan konsentrat adalah bahan pakan yang kadar nutrisi protein tinggi dan karbohidrat dan kadar serat kasar yang rendah (dibawah 18%).
  • Ransum. Ransum atau Ration adalah campuran dari berbagai macam bahan pakan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak baik dalam jumlah maupun kualitasnya.
Kunci Penyusunan Ransum Yang Baik:
  • Variasi Bahan Pakan
  • Harga Yang Ekonomis
  • Nutrisi yang Seimbang
  • Mudah Mendapatkan Bahan Baku
  • Disukai Ternak Sapi / Palatabilitas Tinggi
Agar pakan yang anda berikan benar-benar efektif untuk ternak sapi anda maka ketersediaan air minum harus benar-benar diperhatikan. Jika ransum anda adalah ransum kering sementara air minum kurang bisa dipastikan pakan anda akan tidak efektif karena konsumsi pakan oleh sapi akan terhambat sebagai akibat kurangnya air minum.

Pemberian air minum yang terbaik untuk sapi adalah ad libitum yaitu air minum selalu tersedia setiap saat ketika sapi hendak minum dan tidak dijatah atau ditakar.


Tabel Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Ternak


 kandungan dari berbagai bahan pakan yang ada disekitar kita
Tabel 1. Bahan Pakan dari Limbah Industri Pertanian
No.
Jenis bahan
BK(%)
PK(%)
LK(%)
SK(%)
TDN(%)
1
Ampas tahu
10,788
25,651
5,317
14,527
76,000
2
Ampas kecap
85,430
36,381
17,257
17,816
89,553
3
Ampas bir
31,174
26,448
10,254
7,059
78,708
4
Ampas brem
81,634
3,130
2,120
2,111
55,826
5
Ampas gula cair
34,314
5,106
6,237
8,014
54,956
6
Bungkil kopra
90.557
27.597
11.216
6.853
75.333
7
Ampas bir
31,174
26,448
10,254
7,059
78,708
8
Bungkil klp sawit
92,524
14,112
11,903
10,722
67,435
9
Bungkil kcg tanah
91,447
36,397
17,242
0,895
71,721
10
Bungkil klp sawit
92,524
14,112
11,903
10,722
67,435
11
Bungkil kedelai
89,413
52,075
1,011
25,528
40,265
12
Bungkil tengkuang
92,524
14,112
11,903
10,722
67,435
13
Dedak padi
91,267
9,960
2,320
18,513
55,521
14
Bungkil tengkuang
92,524
14,112
11,903
10,722
67,435
15
Kedelai BS
85,430
38,380
4,840
17,810
69,930

16
Onggok kering
90,170
2,839
0,676
8,264
77,249
17
Tumpi kedelai
91,417
21,134
3,029
23,179
69,425
18
Tumpi jagung
87.385
8.657
0,532
21.297
48,475
19
Tepung gaplek
87,024
2,412
0,792
8,930
73,489

20
Polard
89,567
16,412
4,007
5,862
74,828
21
Molasses
30,232
8,300
-
-
63,000
















Keterangan:
  • BK=Berat Kering
  • PK=Protein Kasar
  • LK=Lemak Kasar
  • SK=Serat Kasar
  • TDN=Total Digestible Nutrient


Tabel 2. Bahan Pakan dari Pertanian
Nama Bahan
Protein %
TDN %
Klobot Jagung
5,15
49,54
Jerami Padi
4,91
45,05
Jerami Kedele
11,96
42,74
Jerami Kulit kedelai
8,00
58,90
Jerami Kacang Tanah
12,94
62,29
Jerami Kacang Panjang
12,94
62,29
Jerami Kacang Otok
16,05
48,93
Jerami Kacang Hijau
23,26
58,08
Kulit coklat
15,04
55,52
Kulit Kacang tanah
5,77
31,70
Kulit Klenteng
13,13
52,32
Tongkol Jagung
5,62
53,08
Pucuk Tebu
5,57
55,29
Daun Ketela Pohon
16,46
37,42
Batang Ketela pohon
5,89
48,15
Komak
22,14
70,98
Bhengok
14,25
49,42
Rumput lapang
6,51
49,65
Alang-alang
7,33
32,03
Rumput Gajah
10,02
67,68
Setaria
9
58,02



















Keterangan:
  • TDN=Total Digestible Nutrient
sumber : Loka Penelitian Sapi Potong Grati-Pasuruan

 kandungan nutrisi Hijauan
Tabel Kandungan Nutrisi Hijauan Legimunosa
No.
Jenis bahan
BK(%)
PK(%)
LK(%)
SK(%)
TDN(%)
1
Daun Ubi Jalar
87
14,32
3,64
11,7
67,3
2
Daun Ubi Kayu
88,69
20,4
8,73
13,49
65,3
3
Gliricida / gamal berbunga
89,7
19,1
3
18
69
4
Gliricida / gamal muda
90,1
22,7
4
13,3
75
5
Tepung daun alfafa
90,5
20
3,6
22
74,1
6
Alang- Alang
91,81
6,5
1,88
18,2
54
7
Rumput teki
91,4
11,9
2,9
29,7
57
8
Daun bambu
91,27
4,24
8,11
27,2
36,42
9
Daun kelapa
91,74
7,23
3,7
3,6
42,28
10
Daun pisang
94,6
5,79
6,06
34,05
73,5
11
Rumput gajah
89,9
9,1
2,3
33,1
46
12
Tebon jagung 34-56
91,1
10,7
2,1
30,5
59
13
Tebon jagung 56-70
92,2
9,9
1,9
29,6
54,3
14
Tebon jagung 99-112
91,3
9,2
2,3
25,7
49,6













Keterangan:

BK= Berat Kering
PK= Protein Kasar
SK=Serat Kasar
LK=Lemak Kasar
TDN=total digestible nutrients(Kecernaan nutrisi bahan total)

Komposisi Kandungan Kaliandra
Hijauan
PK (%)
EK(kkal/kg)
SDN (%)
Lignin (%)
Abu (%)
Ca (%)
Kaliandra
22,4
46,30
24,0
19,95
7,5
1,6



Komposisi Kandungan Hijauan Turi
Hijauan
PK (%)
EK(kkal/g)
SDN (%)
Lignin (%)
Abu (%)
Ca (%)
Turi
30,1
4.825
24,4
2,7
7,5
1,5




ingin aplikasi membuat konsentrat :klitk disini