MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH (SAPI LAKTASI)
Pemberian pakan secara individu pada sapi laktasi di kandang
atau milking parlorberubah mengarah ke sistem pemberian pakan yang
baru. Meskipun metode yang lebih baru tidak seefektif pemberian secara
individual, sistem ini lebih ekonomis daripada semua sapi diberi sejumlah
konsentrat yang sama tanpa memperhatikan produksi susu. Di samping itu,
ada penghematan tenaga kerja dan fasilitas. Yang paling baik perbaikan
pemberian pakan mengkombinasikan “seni dan ilmu pemberian
pakan“.
A. Phase Feeding
Phase Feeding adalah suatu program pemberian pakan yang dibagi ke dalam
periode-periode berdasarkan pada produksi susu, persentase lemak susu, konsumsi
pakan, dan bobot badan. Lihat ilustrasi bentuk dan hubungan kurva produksi
susu, % lemak susu, konsumsi BK, dan bobot badan. Didasarkan pada kurva-kurva
tersebut, didapatkan 4 fase pemberian pakan sapi laktasi:
1. Fase 1, laktasi awal (early lactation), 0 –
70 hari setelah beranak.
Selama periode ini, produksi susu meningkat dengan cepat, puncak
produksi susu dicapai pada 4-6 minggu setelah beranak. Pada saat ini konsumsi
pakan tidak dapat memenuhi kebutuhan zat-zat makanan (khususnya kebutuhan
energi) untuk produksi susu, sehingga jaringan-jaringan tubuh dimobilisasi
untuk memenuhi kebutuhan. Selama fase ini, penyesuaian sapi terhadap ransum
laktasi merupakan cara manajemen yang penting. Setelah beranak, konsentrat
perlu ditingkatkan 1-1,5 lb per hari untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan
yang meningkat dan meminimisasi problem tidak mau makan dan asidosis. Namun
perlu diingat, proporsi konsentrat yang berlebihan (lebih dari 60% BK ransum)
dapat menyebabkan asidosis dan kadar lemak yang rendah. Tingkat serat kasar
ransum tidak kurang dari 18% ADF, 28% NDF, dan hijauan harus menyediakan
minimal 21% NDF dari total ransum. Bentuk fisik serat kasar juga penting,
secara normal ruminasi dan pencernaan akan dipertahankan bila lebih dari 50%
hijauan panjangnya 1” atau lebih.
Kandungan protein merupakan hal yang kritis selama laktasi awal.
Upaya untuk memenuhi atau melebihi kebutuhan PK selama periode ini membantu
konsumsi pakan, dan penggunaan yang efisien dari jaringan tubuh yang
dimobilisasi untuk produksi susu. Ransum dengan protein 19% atau lebih
diharapkan dapat me-menuhi kebutuhan selama fase ini. Tipe protein (protein
yang dapat didegradasi atau tidak didegradasi) dan jumlah protein yang
diberikan dipengaruhi oleh kandungan zat makanan ransum, metode pemberian
pakan, dan produksi susu. Sebagai patokan, yang diikuti oleh banyak peternak
(di luar negeri) memberikan 1 lb bungkil kedele atau protein suplemen yang
ekivalen per 10 lb susu, di atas 50 lb susu.
Bila zat makanan yang dibutuhkan saat laktasi awal ini tidak
terpenuhi, produksi puncak akan rendah dan dapat menyebabkan ketosis.
Produksi puncak rendah, dapat diduga produksi selama laktasi akan rendah. Bila
konsumsi konsentrat terlalu cepat atau terlalu tinggi dapat menyebabkan tidak
mau makan, acidosis, dan displaced abomasum. Untuk meningkatkan
konsumsi zat-zat makanan:
§
beri hijauan kualitas tinggi,
§
protein ransum cukup,
§
tingkatkan konsumsi konsentrat pada kecepatan yang konstan
setelah beranak,
§
tambahkan 1,0-1,5 lb lemak/ekor/hari dalam ransum,
§
pemberian pakan yang konstan, dan
§
minimalkan stress.
2. Fase 2, konsumsi BK puncak, 10 minggu kedua
setelah beranak.
Selama fase ini, sapi diberi makan untuk mempertahankan produksi
susu puncak selama mungkin. Konsumsi pakan mendekati maksimal sehingga dapat
me-nyediakan zat-zat makanan yang dibutuhkan. Sapi dapat mempertahankan bobot
badan atau sedikit meningkat. Konsumsi konsentrat dapat banyak, tetapi jangan
melebihi 2,3% bobot badan (dasar BK). Kualitas hijauan tinggi perlu disediakan,
minimal konsumsi 1,5% dari bobot badan (berbasis BK) untuk mempertahankan
fungsi rumen dan kadar lemak susu yang normal. Untuk meningkatkan konsumsi
pakan:
§
beri hijauan dan konsentrat tiga kali atau lebih sehari,
§
beri bahan pakan kualitas tinggi,
§
batasi urea 0,2 lb/sapi/hari,
§
minimalkan stress,
§
gunakan TMR (total mix ration).
Problem yang potensial pada fase 2, yaitu:
§
produksi susu turun dengan cepat,
§
kadar lemak rendah,
§
periode silent heat (berahi tidak
terdeteksi),
§
ketosis.
3. Fase 3, pertengahan – laktasi akhir, 140 – 305
hari setelah beranak.
Fase ini merupakan fase yang termudah untuk me-manage. Selama periode ini produksi susu menurun, sapi dalam keadaan bunting, dan konsumsi zat makanan dengan mudah dapat dipenuhi atau melebihi kebutuhan. Level pem-berian konsentrat harus mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi, dan mulai mengganti berat badan yang hilang selama laktasi awal. Sapi laktasi membutuhkan pakan yang lebih sedikit untuk mengganti 1 pound jaringan tubuh daripada sapi kering. Oleh karena itu, lebih efisien mempunyai sapi yang meningkat bobot badannya dekat laktasi akhir daripada selama kering.
Fase ini merupakan fase yang termudah untuk me-manage. Selama periode ini produksi susu menurun, sapi dalam keadaan bunting, dan konsumsi zat makanan dengan mudah dapat dipenuhi atau melebihi kebutuhan. Level pem-berian konsentrat harus mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi, dan mulai mengganti berat badan yang hilang selama laktasi awal. Sapi laktasi membutuhkan pakan yang lebih sedikit untuk mengganti 1 pound jaringan tubuh daripada sapi kering. Oleh karena itu, lebih efisien mempunyai sapi yang meningkat bobot badannya dekat laktasi akhir daripada selama kering.
4. Fase 4, periode kering, 45 – 60 hari sebelum
beranak.
Fase kering penting. Program pemberian pakan sapi kering yang
baik dapat meminimalkan problem metabolik pada atau segera setelah beranak dan
meningkatkan produksi susu selama laktasi berikutnya. Sapi kering harus diberi
makan terpisah dari sapi laktasi. Ransum harus diformulasikan untuk memenuhi
kebutuhannya yang spesifik: maintenance, pertumbuhan foetus,
pertambahan bobot badan yang tidak terganti pada fase 3. Konsumsi BK ransum
harian sebaiknya mendekati 2% BB; konsumsi hijauan minimal 1% BB; konsumsi
konsentrat bergantung kebutuhan, tetapi tidak lebih 1% BB. Setengah dari 1% BB
(konsentrat) per hari biasanya cukup untuk program pemberian pakan sapi kering.
Sapi kering jangan terlalu gemuk. Memberikan hijauan kualitas
rendah, seperti grass hay, lebih disukai untuk membatasi
konsumsi. Level protein 12% cukup untuk periode kering.
Sedikit konsentrat perlu diberikan dalam ransum sapi kering
dimulai 2 minggu sebelum beranak, bertujuan:
§
mengubah bakteri rumen dari populasi pencerna hijauan seluruhnya
menjadi populasi campuran pencerna hijauan dan konsentrat;
§
meminimalkan stress terhadap perubahan ransum
setelah beranak.
Kebutuhan Ca dan P sapi kering harus dipenuhi, tetapi perlu
dihindari pemberian yang berlebihan; kadang-kadang ransum yang mengandung lebih
dari 0,6% Ca dan 0,4% P meningkatkan kejadian milk fever. Trace
mineral, termasuk Se, harus disediakan dalam ransum sapi kering. Juga,
jumlah vitamin A, D. dan E yang cukup dalam ransum untuk mengurangi
kejadian milk fever, mengurangi retained plasenta, dan
meningkatkan daya tahan pedet.
Problem yang potensial selama fase 4 meliputi milk fever,
displaced abomasum, retained plasenta, fatty liver syndrome, selera makan
rendah, gangguan metabolik lain, dan penyakit yang dikaitkan dengan fat
cow syndrome.
Manajemen kunci yang harus diperhatikan selama periode kering,
meliputi:
§
observasi kondisi tubuh dan penyesuaian pemberian energi bila
diperlukan,
§
penuhi kebutuhan zat makanan tetapi cegah pemberian yang
berlebihan,
§
perubahan ransum 2 minggu sebelum beranak, dengan menggunakan
konsentrat dan jumlah kecil zat makanan lain yang digunakan dalam ransum
laktasi,
§
cegah konsumsi Ca dan P yang berlebihan, dan
§
batasi garam dan mineral sodium lainnya dalam ransum sapi kering
untuk mengurangi problem bengkak ambing.
Pada waktu kering, kondisi tubuh sapi 2 atau 3, sedangkan saat
beranak 3,5–4,0. Selama 60 hari periode kering, sapi diberi makan untuk
mendapatkan PBB: 120 – 200 lbs.
B. Challenge Feeding (Lead Feeding).
Challenge feeding atau lead feeding, adalah pemberian
pakan sapi laktasi sedemikian sehingga sapi ditantang untuk mencapai level
produksi susu puncaknya sedini mungkin pada waktu laktasi.
Karena ada hubungan yang erat antara produksi susu puncak dengan
produksi susu total selama laktasi, penekanan harus diberikan pada produksi
maksimal antara 3 – 8 minggu setelah beranak.
Persiapan untuk challenge feeding dimulai
selama periode kering;
§
sapi kering dalam kondisi yang baik,
§
transisi dari ransum kering ke ransum laktasi, mempersiapkan
bakteri rumen.
Setelah beranak challenge feeding dimaksudkan
untuk meningkatkan pemberian konsentrat beberapa pound per hari di atas
kebutuhan sebenarnya pada saat itu. Maksudnya adalah memberikan kesempatan pada
setiap sapi untuk mencapai produksi puncaknya pada atau dekat potensi
genetiknya.
Waktu beranak merupakan pengalaman yang sangat traumatik bagi
sapi yang berproduksi tinggi. Akibatnya, banyak sapi tertekan selera makannya
untuk bebe-rapa hari setelah beranak. Sapi yang berproduksi susu sangat tinggi
tidak dapat mengkonsumsi energi yang cukup untuk mengimbangi energi yang
dikeluarkan. Konsekuensinya, sapi akan melepaskan cadangan lemak dan protein
tubuhnya untuk suplementasi ransumnya. Tujuan dari pemberian pakan sapi
yang baru beranak adalah untuk menjaga ketergantungannya terhadap energi dan
protein yang disimpan, sekecil dan sesingkat mungkin. Penolakan makanan
merupakan ancaman yang besar, sangat perlu dicegah.
Challenge feeding membantu sapi mencapai produksi susu puncaknya
lebih dini daripada yang seharusnya, sehingga keuntungan yang dapat diambil
adalah, bahwa pada saat itu, secara fisiologis sapi mampu
beradaptasi terhadap produksi susu tinggi.
C. Corral (Group) Feeding (Pemberian pakan (group) di
kandang).
Pemberian pakan secara individual pada sapi-sapi laktasi sudah
mengarah ke mechanized group feeding. Hal ini dikembangkan
untuk kenyamanan dan peng-hematan tenaga kerja, dibandingkan ke feed
efficiency. Saat ini, peternakan dengan beberapa ratus sapi laktasi adalah
biasa, dan beberapa peternakan bahkan me-miliki beberapa ribu ekor. Untuk
merancang program nutrisi sejumlah besar ternak, dapat diadaptasikan terhadap
kebutuhan spesifik sapi-sapi perah, sapi-sapi di-pisahkan ke dalam
kelompok-kelompok berdasarkan produksi (dan kebutuhan nutrisi).
Bila produser memutuskan pemberian pakan secara kelompok, perlu
ditentukan jumlah kelompok yang akan diambil. Untuk menentukan jumlah kelompok
tersebut pertimbangan perlu diberikan pada hal-hal berikut:
§
besar peternakan (herd size),
§
tipe dan harga bahan pakan,
§
tipe perkandangan, pemberian pakan, dan sistem pemerahan
§
integrasi ekonomi secara keseluruhan dari operasional, sebagai
contoh tenaga kerja, mesin-mesin peralatan, dan lain-lain.
Pada peternakan besar (lebih dari 250 sapi perah laktasi),
sistem yang biasa digunakan adalah minimal dibentuk 5 kelompok:
§
sapi-sapi produksi tinggi (90 lb. susu/ekor/hari)
§
sapi-sapi produksi medium (65 lb. susu/ekor/hari)
§
sapi-sapi produksi rendah (45 lb susu/ekor/hari)
§
sapi-sapi kering
§
sapi-sapi dara beranak pertama
Lebih banyak kelompok dapat dilakukan pada peternakan yang
sangat besar bila kandang dan fasilitas tersedia. Karena pertimbangan pemberian
pakan dan sosial, disarankan maksimal 100 ekor sapi per kelompok. Melalui
sistem ini setiap ke-lompok diberi makan menurut kebutuhannya. Kelompok dengan
produksi tinggi harus diberi makan yang mengandung zat-zat makanan kualitas
tertinggi pada tingkat maksimal. Sapi produksi medium harus diberi makan
sedemikian sehingga dapat mengurangi biaya pakan, meningkatkan kadar lemak, memperbaiki
fungsi rumen, mempertahankan persistensi. Sapi produksi rendah sebagaimana
untuk produksi medium hanya perlu dipertimbangkan untuk menghindari kegemukan
yang berlebihan.
Salah satu problem dalam pemberian pakan secara berkelompok
menyangkut adaptasi tingkah laku dari sapi-sapi yang baru dikelompokkan,
seperti peck order tetapi masalah ini tidak terlalu besar.
Untuk mengatasi masalah ini pindahkan beberapa ekor sapi bersama-sama ke dalam
kelompok baru sebelum diberi makan.
Bila program pemberian pakan secara kelompok diikuti, konsentrat
jarang diberikan di tempat pemerahan, biasanya diberikan di kandang. Pemberian
pakan berkelompok dapat dengan mudah beradaptasi pada penggunaan complete
feeds yaitu konsentrat, hijauan, dan suplemen dicampur menjadi satu,
tidak diberikan terpisah. Beberapa produser yang menggunakan complete
feeds lebih menyukai pemberian hijauan kering, khususnya long
stemmed hay secara terpisah untuk meningkatkan stimulasi rumen
dan fasilitas pencampuran, karena long hay sulit dicampur
dalam mixer.
Keuntungan pemberian pakan berkelompok dan complete feed adalah:
§
produser dapat menggunakan formulasi khusus yang penting untuk
ternak
§
mengeliminasi kebutuhan penyediaan mineral ad libitum
§
konsumsi ransum yang tepat
§
difasilitasi pemberian pakan secara mekanis, sehingga mengurangi
tenaga kerja yang dibutuhkan
§
mengeliminasi problem yang dikaitkan dengan konsumsi yang tidak
terkontrol dari bahan pakan tertentu
§
mengurangi resiko gangguan pencernaan, seperti
seperti displaced abomasum
§
mengurangi pemberian pakan di tempat pemerahan
§
penggunaan maksimal dari formulasi ransum biaya terendah
§
menutupi bah.pakan yang tidak palatabel, seperti urea
§
dapat diadaptasikan terhadap sistem kandang konvensional
§
memungkinkan produser menetapkan rasio serat kasar terhadap
proporsi konsentrat dalam ransum
§
mengurangi resiko kekurangan micronutrient
§
menyediakan operator dengan gambaran konsumsi pakan harian
kelompok, yang kemudian dapat digunakan memperbaiki manajemen
Di antara kerugian dari pemberian pakan berkelompok dan complete
feed adalah:
§
memerlukan peralatan pencampuran yang khusus untuk meyakinkan
mencampur secara merata
§
tidak ekonomis membagi peternakan kecil ke dalam
kelompok-kelompok
§
tidak dapat diaplikasikan terhadap peternakan yang digembalakan
§
sulit untuk membuat kelompok-kelompok pada beberapa design
kandang
§
dapat terjadi mismanagement seperti fat cow syndrome dan
problem kesehatan seperti kesulitan melahirkan, reproduksi yang jelek, produksi
rendah, konsumsi bahan kering rendah, dan gangguan metabolik. Dalam berbagai
kasus problem-problem tersebut tidak timbul segera, biasanya muncul beberapa
bulan kemudian.
Sumber: Master
Kuliah Manajemen Ternak Perah FAPET UNPAD
0
0 komentar:
Posting Komentar